Google

Rabu, 20 Juni 2007

OTAK VERSUS OTOT - KERJA PINTAR VERSUS KERJA KERAS

Mungkin anda pernah mendengar pernyataan yang saya jadikan judul artikel ini, ada yang langsung terkesima dan menangkap makna pernyataan tersebut, namun saya yakin banyak yang tidak ambil perduli dan membiarkan kalimat ini berlalu begitu saja. Sesungguhnya saya ingin katakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kedua perbedaan diatas. Kalimat ini akan membedakan antara si Sukses dan si Gagal. Si Bahagia dan si Menderita. Bila seseorang menjalani hidupnya dengan lebih dominan dalam mengandalkan ototnya akan mendapatkan hasil yang berbeda dari orang yang lebih dominan dalam mengandalkan otaknya. Orang yang mengandalkan otot adalah tipe orang yang bekerja sendiri (One Man Show), sementara orang yang bekerja dengan otaknya akan bekerja dengan melibatkan orang lain seraya membangun kerjasa sama tim (Team work building) Orang yang mengandalkan otot cenderung tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Sementara orang yang mengandalkan otak lebih fleksibel dalam pengaturan waktu. Hal ini disebabkan karena orang yang bekerja sendiri adalah orang yang tidak berani atau bahkan mungkin tidak tahu bagaimana mendelegasikan pekerjaan kepada orang lain. Sementara yang bekerja dalam tim cenderung saling membantu dalam menjalankan tugas.

Dalam beberapa kasus terdapat karyawan yang salah kaprah dalam mempraktekkan kata delegasi dalam pekerjaannya. Mereka asal lempar tanggung jawab kepada rekan kerja yang lebih junior. Sementara dia santai-santai saja di kantor dan merasa telah berhasil memakai otaknya. Alhasil yang junior menerima pekerjaan tersebut dengan tidak gembira. Bila sistem delegasi yang salah kaprah ini terus berlanjut akan mengakibatkan dirinya tidak disukai para junior dan berakhir dengan dibenci bahkan digosipin sesama rekan kerja. Bila sesorang terus menerus bekerja dalam suasana kerja yang tidak sehat seperti ini, maka akan mengakibatkan menghadapi tekanan kerja yang tinggi, teman kantor yang kurang bersahabat, pekerjaan yang menumpuk, sehingga menjadikan diri mereka semakin tidak merasa nyaman dan tidak menikmati pekerjaannya. Alhasil kinerja kerja menurun, prestasi kerja berkurang, lama kelamaan atasan akan memberikan penilaian yang kurang baik kepada dirinya.

Contoh kasus diatas telah menjadi suatu fenomena yang terjadi di mana-mana. Banyak kasus yang serupa dapat dengan mudah ditemukan di banyak perusahaan. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka telah terjerumus dalam keadaan ini, bahkan mereka masih menyalahkan teman-teman yang tidak mendukung dirinya, atasan yang tidak memperhatikan dirinya serta memperlakukan dirinya secara tidak adil dan berbagai keluhan lainnya. Sebaliknya seorang karyawan lain yang menjalani pekerjaannya dengan lebih dominan mengandalkan otaknya, dia akan menggunakan keterampilan daya nalarnya untuk mengobservasi kekurangan yang ada dalam dirinya, mencari solusi untuk merubah kekurangan dirinya sehingga berubah menjadi kekuatan. Dirinya akan senantiasa menyadari hal-hal sekecil apapun yang harus dia lakukan untuk meningkatkan potensi dirinya. Bila seseorang terus menerus mengoptimalkan potensi otaknya serta merta terus meningkatkan prestasi kerja, maka diyakini 5 tahun kedepan, dirinya akan mencapai suatu perubahan yang luar biasa.

Ketika seseorang menyadari betapa besar kekuatan otak yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita, serta tahu bagaimana menggunakan potensi tersebut dalam pekerjaan mereka, maka itulah yang saya sebut dengan kerja pintar. Banyak orang yang semasa muda bekerja dengan ektra keras, banyak diantara mereka yang akhirnya berhasil mencapai keberhasilan, namun banyak pula akhirnya sakit-sakitan dikarenakan bekerja terlalu keras di masa produktif, mereka kurang memperhatikan makan dan istirahat. Sementara itu, ada sekelompok orang yang tahu bagaimana bekerja pintar, mereka membangun tim work yang tangguh selagi muda. Jaringan yang telah terbangun terus menerus di perkuat. Alhasil mereka tidak perlu harus bekerja ekstra keras. Mereka memiliki waktu yang banyak untuk diri mereka menikmati hidupnya. Mereka memiliki kesempatan untuk terlibat dalam banyak aktivitas sosial, menjadikan hidupnya bernilai dan bermakna.

Bila anda bertanya ; bagaimana bekerja dengan otak yang lebih dominan dari pada otot ? Bagaimana bekerja pintar dari pada kerja keras ? Maka jawabannya adalah BELAJAR. Belajar dari orang yang terbukti berhasil menggunakan potensi otaknya untuk bekerja pintar. Belajar darinya, dapatkan sebanyak mungkin informasi dan pelajaran darinya. Pelajari bagaimana dia berhasil, juga pelajari pengalaman gagal yang pernah dia alami. Banyak orang berhasil sukses setelah mengalami rentetan kegagalan dalam hidupnya. Terus belajar, terus dan terus dan terus belajar.

Oleh Nugroho, MM, ACS, CL

2 komentar:

Unknown mengatakan...

hahahhahahah... menurut saya ya boss otot juga perlu dipertimbangkan , karena kita bergerak saja itu dengan otot, tangan pun berkerak oleh otot, jadi kesimpulannya otot berpengaruh dalam semua hal begitu juga otot, org pintar tidak akan bisa bergerak kalo malas bangun dan bergerak, makanya allah kasih otot dan otak itu untuk kita berfikir dan bergerak jadi otak dan otot itu perlu, anda mengerti soal ini bukan hahahahahh������

Kabar Belitang mengatakan...

iya nih artikel nob, didalam tubuh yg kuat terdapat jiwa kuat, kalo mengandalkan otak saja seperti timnas indonesia kayak bagus tapi bagi orang luar kayak tempe, seperti pintar